Type something and hit enter

ads here
advertise here
Usia Balita adalah usia yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan pada usia tersebut anak mulai berinteraksi dan berskplorasi dengan lingkungan sehingga meningkatkan resiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur.
Dalam kesempatan kali ini kami menyajikan gejala demam dan kejang pada anak dan penyakit ISPA yang mungkin sering di alami oleh anak balita sehingga akan dengan mudah untuk memahami dan menindaklanjuti dalam pengobatannya.
Demam dan Kejang pada Anak.
Secara sederhana, demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal, meskipun tak semua kenaikan suhu disebut sebagai demam. Dan kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks,yang diatur dan dikontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran yang karakteristik dari kenaikan suhu oleh karena berbagai penyakit infeksi dan noninfeksi, sehingga perlu dibedakan dari kenaikan suhu oleh karena stres demam dan penyakit demam.
Demam adalah keluhan pada anak yang paling sering dijumpai, sekitar 10-30% dari semua keluhan yang diketemukan pada instalasi gawat darurat di rumah sakit atau dalam praktek dokter sehari-hari.

Sampai usia 2 tahun rata rata anak menderita demam sekitar empat sampai enam kali serangan. Sebagai manifestasi klinis, maka demam terjadi pada sebagian besar penyakit infeksi yang ringan dan serius, dari demam saja tak dapat dipakai untuk memprediksi beratnya penyakit.

Memang sebagian besar kejadian demam pada anak mudah didiagnosa, namun telah diketahui juga demam pada kelompok yang beresiko tinggi, untuk diagnosa memerlukan evaluasi lebih ekstensif.
Suhu tak selalu tetap dalam sehari,ada variasi naik dan turun berkisar 0.50C. Olah raga, pakaian berlapis lapis, mandi air panas, udara panas, dapat meningkatkan suhu sekitar 1-1.50C.

Tumbuh gigi juga bisa meningkatkan suhu namun tak lebih dari 38.40C. Pada usia neonatus, bayi, dan anak kecil suhu lebih tinggi daripada anak besar dan dewasa, karena punya permukaan tubuh lebih luas dan metabolisme lebih tinggi.

Penyakit dengan demam suhu bisa naik dan turun, meskipun biasanya turunnya tak dapat sampai normal. Suhu diatas 38.00C per rektal atau diatas 37.50C secara aksiler / diketiak , dianggap sebagai suhu yang abnormal, dan dipakai batas suhu dikatakan sebagai demam. Dan batas suhu yang memerlukan evaluasi lebih lanjut, pada usia 3 bulan sampai 3 tahun adalah 39.00 C, sedang kurang 3 bulan 38.00C

Demam merupakan bagian dari respon inflamasi dan ada kaitan dalam melawan infeksi, dalam keadaan keadaan tertentu demam bisa menguntungkan bisa juga merugikan, sehingga tetap ada dua pendapat demam perlu dan tak perlu diturunkan.
Alasan mengapa deman tak perlu diturunkan, oleh karena efek samping pemberian antipiretik/anti panas lebih banyak, penurunan suhu bisa mengaburkan diagnosa dan prognosa (perkiraan kesembuhan), serta diketahui bahwa sebagian besar demam berlangsung sebentar dan tak berbahaya.

Yang penting demam bisa bermanfaat sebagai pertahanan tubuh. Pada keadaan demam pertumbuhan beberapa bakteria merugikan dan virus mengalami gangguan.
Dalam penelitian demam dibawah suhu 400C dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan virus tetapi demam diatas suhu 400C akan dapat mengganggu fungsi organ sehingga dapat meningkatkan angka kematian.
Sedang alasan demam perlu diturunkan oleh karena merugikan. Demam sering kali menimbulkan rasa tak nyaman dan meningkatkan kebutuhan sistim respirasi dan kardiovaskuler. 

Hal itu disebabkan karena demam mempunyai kaitan dengan meningkatnya metabolisme, konsumsi oksigen, dan produksi CO2. Bagi anak normal, hanya sedikit atau tak akan membawa akibat, namun pada anak dengan renjatan/ keadaan syok maupun anak dengan gangguan paru dan jantung akan berakibat menurunkan fungsi pertahanan tubuh.

Namun selama panas tak lebih dari 41.7 0C kerusakan otak tak terjadi,dan kebanyakan pada penyakit infeksi suhu jarang mencapai 41.10C. Apabila lebih dari 41.10C umumnya sebabnya tak ada kaitan / berhubungan dengan penyakit infeksi Jadi,sebagian besar bukti mengarahkan bahwa panas merupakan respon adaptasi tubuh yang terapinya hanya pada keadaan yang selektif dan tertentu saja.

Suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan serangan kejang. Tetapi tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejadian telah terjadi pada suhu 380C sedangkan pada anak dengan kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.

Ada 5 Faktor yang mempengaruhi kejang selain oleh karena meningkatnya suhu tubuh, faktor - faktor lain tersebut adalah :
  1. Umur
    * Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.
    * Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
    * Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah berumur 4 tahun.
    Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan dari ambang kejang sesuai dengan bertambahnya umur.
    Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.
  2. Jenis kelamin
    Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh karena pada wanita didapatkan kematangan otak yang lebih cepat dibanding laki-laki.
  3. Suhu badan
    Adanya kenaikan suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjadinya kejang demam. Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38.30C - 41.40C.
    Adanya perbedaan ambang kejang ini dapat menerangkan mengapa pada seseorang anak baru timbul kejang sesudah suhu meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak lainnya kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi.
  4. Faktor keturunan
    Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam. Beberapa penulis mendapatkan 25 - 50% daripada pada anak dengan kejang demam mempunyai anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
Trims

Kirim Saran Jika ada Pertanyaan

Click to comment